Rabu, 03 April 2013

Pemulihan Ekonomi Membutuhkan Modal Asing



Pemulihan Ekonomi Membutuhkan Modal Asing
                
        Berbagai kebijakan ekonomi yang dibuat baik selama Kabinet Pembangunan VII maupun Kaabinet Transisi Habibie tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan manfaatnya. Penyelesaian ekonomi saat ini lebih ditentukan oleh legitimasi politis dibandingkan dengan kebijakn ekonomi semata. Presiden Habibie telah melakukan langkah-langkah politis dengan harapan bisa melakukan perbaikan ekonomi dan mengembalikan kepercayaanpelaku ekonomi, ternyata pasar tetap tidak menunjukkan reaksi positif terhadap langkah tersebut.
            
          Persoalan politik semata tampaknya tidak membuat rupiah bergeming , sebelum ada langkah konkret dibidang ekonomi. Yang menjadi pertannyaan adalah pengaruh factor politik yang mana? Yang menjadi ukuran adalah adanya jaminan ketenagan , ketentraman serta kedamaian yakni keamanan bekerja dan berusaha bagi bisnis dihari-hari depan. Warga keturunan cina , meski sebagian besar sudah kembali setelah hengkang beberapa lama , masih menderita trauma akibat pergolakan politik, terutama setelah peristiwa kekerasan termasuk akibat perkosaan. Disamping itu , masih banyak orang Jepang , Korean , Hongkong , beserta keluarganya yang karena bisa disangka warga keturunan cina masih was-was mengenai keamanan mereka seandaainya terperangkap dalam suatu kerusuhan lagi.
            
        Disamping pentingnya stabilitas politik dan keamanan dalam arti luas , factor kebijakan ekonomi juga memegang peranan penting . Ini tidak terlepas dari masalaah kepercayaan , termasuk kepercayaan terhadap pengelolaan ekonomi yang selalu disorot berbagai pihak. Dua hal penting ditahun 1998 yang sedang dalam sorotan adalah masalah pengelolaan utang pemerintah dan swasta serta realisasi  bantuan IMF.
             
        Sudah menjadi rahasia umum bahwa masalah utang luar negri adalah masalah serius . Disamping jumlahnya yang relative besar , beban pembayaran cicilan dan bunga utang pemerintah tiap tahunnya memberikan beban pada ekspansi ekonomi dan APBN. Namun , patut dicatat utang luar negri swasta jauh lebih besar ketimbang pemerintah dan jumlah perusahaan swasta yang terlibat dalam utang itu juga banyak . Ini akan memberikan tekanan pada prospek neraca pembayaran dan cadangan devisaa nasional.
             
             Kurs rupiah yang semakin parah itu terjadi selama bulan Juni 1998. Kabarnya timbul tekanan baru kepada rupiah karena segala tunggakan dari utang-utang sebelumnya harus dilunasi dulu dibulan Juli 1998. Sehubung dengan bantuan luar negri , tampaknya pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali mereskedul utang lewat pertemuan CGI. Reskedul utang memberikan kelonggaran pada anggaran untuk melakukan ekspansi ekonomi pada sektor-sektor yang tidak inflatoar.
            
            Reskeduling utang tidak berarti ngemplang yaitu tidak membayar utang luar negri. Tindakan ngemplang jelas sangat tidak menguntungkan . Bisa jadi Negara ini justru akan terpuruk akibat di black-list oleh negara lain. Mengenai dana IMF , seperti banyak diperkirakan akhirnya dikucurkan juga. Memang pasar tampaknya juga sangat menaruh harapan pada kucuran dana bantuan IMF. Namun demikian , jika IMF ingin dikatakan berhasil , dia harus bisa menarik kembali masuknya modal asing ke Indonesia. Ini penting bagi pemulihan ekonomi jangka panjang . Dalam jangka pendek bantuan asing memang penting dan dia bisa menjadi barometer kepercayaan asing terhadap Indonesia.

Sumber : Buku Ekonomi Indonesia Baru , Penulis Anggito Abrimanyu, 
Penerbit PT. AlexMedia Komputindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar