Kebijaksanaan Uang
Ketat Dan Kendali Devisa
Krisis ekonomi di Indonesia terus
berkelanjutan dan hingga kini kita masih mencari-cari apa kira-kira solusi yang
paling tepat untuk bisa keluar dari krisis. Berbagai pembenahan kebijakan dan
institusional secara gradual dan parsial dilakukan agar krisis kepercayaan bisa
pulih. Untuk itu berbagai langkah yang berkaitan dengan penguatan rupiah ,
distribusi Sembilan bahan pokok (sembako) , penurunaan suku bunga dan
penyehatan perbankan menjadi prioritas utama.
Selama orde
baru kebijaksanaan pemerintah mengenai arah dean sasaran pemulihan ekonomi
nasional telah mengundang berbagai kritik . Banyak pihak yang mendesak
pemerintah untuk memperjelas kebijakan dan visi kedepan serta restrukturisasi
pereekonomian nasional ,khususnya langkah-langkah penyehatan bank.
Yang paling
mencolok adalah kebijaksanaan uang ketat . Sampai sekarang kebijakaan ini tidak
berhasil memperkuat rupiah dan banyak usulan yang meminta pemerintah dan Bank
Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Tetapi kalau suku bunga terlalu turun
maka kurs rupiah bisa lebih terpuruk lagi. Oleh karena itu ada yang mengusulkan
kepada pemerintah untuk memberlakukan sistem devisa terkendali secara selektif
dan sementara. Kurs rupiah tidak seluruhnya diserahkan kepada pasar , dan
masuknya modal spekulatif harus dibatasi. Sebagai pelengkap sistem devisa
terkendali, diusulkan agar para eksportir diwajibkan menyerahkan hasil devisa
dari ekspornya kepada Bank Indonesia . ini akan memperbasar pasokan devisa yang
bisa dialokasikan dengan prioritas untuk keperluan produksi mialnya untuk
ekspor.
Persoalan
yang tak kalah mendasar dan harus segera
dibenahi adalah perbankan nasional . Perilaku perbankan nasional selama ini
dipenuhi dengan berbagai masalah kronis seperti campur tangan pemilik , prakyik
KKN , dan terjadinya moral bazard serta adanya konflik kepentingan yakni
membiayai sendiri kelompoknya . Karena perbankan yang keropos membuat banyak
perusahaan terancam gulung tikar. Jika bank mau memberi pinjaman , ia akan rugi
karna suku bunga pinjaman lebih rendah dari daripada suku bunga deposito. Saat
ini bank-bank hanya bisa bertahan untuk sementara waktu dengan memutarkan
modalnya dipasar uang. Ini jelas tidak membantu sektor riil mengatasi krisis
ekonomi.
Masyarakat
mau menabung jika ada rasa aman menyimpan di bank. Dunia usaha memerlukan dana
murah dan cepat agar bisa menolong mereka menggerakkan usahanya. Terjadinya
suku bunga tinggi tidak seluruhnya karena kesalahan perbankan nasional , tapi
karena resep kebijakan ketat IMF.
Gugatan
terhadap kebijakaan uang ketat dengan suku bunga yang sangat tinggi , bisa
dimengerti karena sampai sekarang IMF tidak berhasil menghentikan krisis
moneter dan ekonomi. Sampai sekarang resesi yaitu laju pertumbuhan negative
terajadi di Negara Asia. Kini dunia mungkin berada diambang pintu resesi
global.
Meskipun ini
adalah ganjalan terbesar , kiranya masih ada celah untuk menggulirkan kebijakan
yang bersifat agak ekstrim tersebut , mengingat persoalan krisis ekonomi ini
telah jauh merembet pada masalah sosial yang sangat memperihatinkan. Masalah
legitimasi pemerintah memang menjadi kunci dari permasalahan kepercayaan ,
namun dikhawatirkan daya tahan ekonomi rumah tangga tidak akan bisa bertahan
hingga tahun selanjutnya.
Sumber : Buku Ekonomi Indonesia Baru , Penulis Anggito Abrimanyu,
Penerbit PT. AlexMedia Komputindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar